Foto: Ilustrasi DBD/ Internet |
Kapuas Hulu, khatulistiwamedia.com - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) semakin mengkhawatirkan di Kabupaten Kapuas Hulu. Diketahui bahwa sudah ada dua anak yang meninggal dunia akibat DBD. Masyarakat Kapuas Hulu menuntut atensi serius dari Dinas Kesehatan P2KB Kapuas Hulu.
Masyarakat Kecamatan Putussibau Utara, Usman mengatakan kasus DBD di Kapuas Hulu terkesan lambat direspon oleh Dinkes P2KB Kapuas Hulu, terutama dari bidang terkait yang ada di dinas tersebut. Khususnya penanganan di pemukiman masyarakat, seperti fogging dan penaburan bubuk abate kurang masif.
"Kalau dulu begitu ada kasus cepat di fogging bang sekarang kurang sigap, kami minta dinkes lewat bidang terkait itu sigap lah ke lapangan, jangan nunggu ada korban lagi," pungkasnya dengan nada kecewa, Selasa (26/11/2024).
Sementara itu, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P3) Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Kapuas Hulu, Kastono, mengatakan data penderita Demam Dengue Berdarah (DBD) di Kabupaten Kapuas Hulu dari bulan September sampai 25 November 2024 sebanyak 44 kasus. Rinciannya di Putussibau Utara ada 25 orang, Badau 8 orang, Batang Lupar 5 orang, Pengkadan 1 orang, Silat Hulu 2 orang, Putussibau Selatan 1 orang, Silat Hulu 2 orang, Empanang 1 orang.
Sedangkan angka kematian sebanyak 2 orang dari Kecamatan Putussibau Utara, kedua-duanya meninggal di Perinatal Intensive Care Unit (PICU) RSUD dr Achmad Diponegoro Putussibau dengan kondisi Dengue Shock Syndrome (DSS). Satu anak usia 9 tahun, masuk RS tanggal 18 November 2024 pukul 08.38 WIB meninggal tanggal 19 November 2024 sekitar pukul 19.30 WIB, lalu satu anak usia 4 tahun masuk RS tanggal 18 November 2024 pukul pukul 21.09 WIB meninggal tanggal 24 November 2024 sekitar pukul 17.30 WIB.
Kastono menegaskan saat ini pasien yang lagi dirawat di RSUD dr Achmad Diponegoro ada 6 orang yaitu 5 org anak, 1 dewasa. Bagi masyarakat apabila ditemukan gejala demam pada anak untuk segera dibawa ke fasilitas kesehatan agar dicek apakah positif DBD atau bukan. "Jangan sampai terlambat hingga kondisi dengue shock syndrome, kondisi ini sulit untuk ditolong," tuturnya.
Untuk meningkatkan kewaspadaan peningkatan kasus DBD di Kabupaten Kapuas Hulu akibat dampak musim penghujan, kata Kastono, perlu dilakukan peningkatan surveilans kasus dan surveilans faktor terhadap kejadian kasus DBD melalui kegiatan Pemantauan Jentik Berkala,
Melakukan Komunikasi, Informasi dan Edukasi ke masyarakat tentang pemahaman pengenalan gejala DBD agar segera ke fasilitas kesehatan.
"Caranya dengan melakukan penyuluhan di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan lainnya dengan sasaran pasien dan keluarganya, penyuluhan di Sekolah oleh petugas puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya, penyuluhan di Pemukiman melalui kunjungan rumah dan pemantauan rumah oleh kader kesehatan/kader jumantik, dan tenaga kesehatan; Penyuluhan lewat media massa dan tempat-tempat umum," tegasnya.
Kastono menambahkan perlu peran serta masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan melakukan 3M Plus melalui kegiatan Menguras, Menutup dan Memanfaatkan/Mendaur ulang barang bekas, Plus mencegah gigitan nyamuk dengan penggunaan cairan anti nyamuk oles, spray, memberantas jentik nyamuk dengan larvasida di genangan air, menanam tanaman pengusir nyamuk dan melakukan gerakan gotong-royong di lingkungan tempat tinggal masing-masing melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J).
"Gerakan PSN 3M Plus dan GIRIJ ini merupakan kegiatan yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penyakit DBD," tuntasnya.
Penulis : Yohanes Santoso
No comments:
Post a Comment