Sekda Mohd Zaini Buka FGD Riset Bioekologi dan Konservasi Lutung Sentarum

Foto: Sekda Kapuas Hulu, H. Mohd Zaini bersama peserta FGD Riset Bioekologi dan Konservasi Lutung Sentarum di Aula Bappeda Kapuas Hulu, Kamis (23/2/2023)/ Rovi Andila

Kapuas Hulu, khatulistiwamedia.com-

Sekda Kabupatan Kapuas Hulu Mohd Zaini membuka FGD Riset Bioekologi dan Konservasi Lutung Sentarum untuk mendukung penyusunan strategi dan rencana aksi konservasi tingkat pemerintah daerah Kapuas hulu, kegiatan tersebut dilaksanakan di aula Bappeda Kapuas Hulu, pada Kamis (23/02/2023). 

Pada kesempatan tersebut Sekda Kabupaten Kapuas Hulu Mohd Zaini menyampaikan, pada hari ini, fakultas kehutanan institut pertanian bogor dan balai besar taman nasional betung kerihun danau sentarum (bbtnkds) sedang melakukan riset bioekologi dan konservasi lutung sentarum. lutung sentarum (presbytis chrysomelas ssp cruciger) atau yang biasa kita kenal denga nama kelasi, kepuh dan bateh merupakan primata endemik pulau kalimantan dan sebaranya diketahui hanya ada di malaysia dan Indonesia. 

“Sebaran di indonesia sendiri baru diketahui dan dijumpai di wilayah danau sentarum dan sekitarnya. walaupun masih belum diketahui lebih lanjut mengenai sebaran di tempat lain. jika kita melihat pada status konservasinya, primata ini termasuk dalam kategori terancam punah pada level kritis (selangkah lagi menuju punah), tapi yang menjadi persoalan lutung sentarum belum termasuk jenis satwa yang dilindungi oleh peraturan perundangan,” katanya.

Lanjut Sekda, oleh karena itu, riset ini diharapkan menjadi dasar ilmiah oleh para pihak dalam upaya menetapkan status lutung sentarum sebagai primata yang dilindungi kedepannya. selain itu, peran ekologi bagi habitat ini sangat penting karena diketahui bahwa pakan alami dari lutung sentarum 65% merupakan buah dan biji yang artinya di dalam ekosistem secara tidak langsung berperan dalam membantu proses penyebaran biji-bijian dan membantu proses permudaan struktur tegakan hutan. 

“Perkembangbiakan lutung sentarum juga terbilang lambat. untuk induk betina baru siap menghasilkan keturunan yang baru sekitar 3-4 tahun sehingga kondisi tersebut menyebabkkan spesies ini sangat rentan terhadap penurunan populasi apabila ada tekanan dari luar yang berdampak langsung terhadap individu spesies dan habitat,” katanya.

Penulis : Rovi Andila