Terkait serum yang mencair memang sedang dilakukan pengkajian efektifitas. Ini dari pihak yang memproduksinya, bila efektif akan digunakan, bila tidak efektif maka akan gunakan yang beku saja.
Sebenarnya, kata Gunung, pihaknya sudah menyusun jadwal untuk sosialisasi penanganan ASF. ASF sementara ini ditemukan terjadi di tiga kecamatan. "Tiga kecamatan itu adalah Putussibau Utara, Putussibau Selatan dan Seberuang," ujarnya.
Terkait sosialisasi awalnya akan dilakukan di Putussibau Utara mulai dari Datah Diaan, Padua Mendalam, Ariung Mendalam, Tanjung Karang. "Sabtu kemaren kami cuma bisa sosialisasi di Ariung Mendalam, saat mau ke Tanjung Karang kami terjebak banjir. Minggu juga rencana di Sibau Hilir, Sibau Hulu dan Pala Pulau namun juga batal, karena banjir. Padahal senin ini rencananya penyuntikan serum tapi batal," paparnya.
Agung menegaskan bahwa kecamatan Seberuang angka kematian babi akibat ASF cukup tinggi. Maka sosialisasi juga harus dilakukan sebelum pemberian serum ke ternak warga. "Sosialisasi itu penting karena ada langkah-langkah yang harus disiapkan Pemda-KH, Kecamatan dan Desa dalam menghadapi ini, jangan sampai babi dari daerah tertular dibawa ke tempat yang aman atau tidak ada kasus ASF," paparnya.
Menurut Agung, Satgas memang perlu dibentuk sebab mereka diperlukan untuk memantau peredaran daging babi dari daerah yang tertular, jangan sampai dibawa ke daerah lain.
Sekarang ada surat untuk mengatur keluar masuk terkait daging babi dari wilayah-wilayah produksinya dan masih di meja Bupati. Termasuk SK tentang langkah-langkah penanganan ketika ditemukan ternak yang sakit dan terindikasi ASF. "Ketika ada warga yang ternaknya sakit agar segera memberitahu ke bidang peternakan di dinas kami, agar mereka bisa menentukan langkah penanganan," ucapnya.
Gunung berharap dengan upaya pemberian serum dan langkah-langkah pencegahan penularan ASF, ini dapat mengatasi masalah ASF di Kapuas Hulu.
Penulis : Rovi Andila
No comments:
Post a Comment